Pemerintah mendorong pengembangan industri hilirisasi batu bara dengan tujuan menggantikan penggunaan bahan bakar dan bahan baku industri kimia, seperti metanol dan dimethyl ether (DME), terutama dengan pertumbuhan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang masih mencapai 2%. Proyeksi ke depan menunjukkan peningkatan kebutuhan batu bara untuk kegiatan hilirisasi.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara di Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Lana Sari, menyatakan guna mengantisipasi tantangan global terhadap batu bara, penggunaan batu bara harus diiringi dengan teknologi ramah lingkungan guna mengurangi emisi CO2. “Hal ini diharapkan dapat menjadikan batu bara sebagai sumber energi yang lebih bersahabat dengan lingkungan,” kata dalam sarasehan bertajuk “Peran Strategis Batu Bara dalam Transisi Energi” di Jakarta, dikutip Antara Sabtu (16/12/2023).

Lana menyoroti saat ini batu bara masih mendominasi sebagai sumber energi sebanyak 42,4%, diikuti oleh bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 31,4%, serta gas dan energi terbarukan yang baru mencapai 2%. “Potensi batu bara masih sangat besar dibandingkan dengan sumber energi lainnya,” kata dia.

Target produksi batu bara nasional pada 2023 sebesar 694,5 juta ton, dengan 176,8 juta ton untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor sebanyak 517,7 juta ton. Produksi hingga November mencapai 710,75 juta ton, dan diproyeksikan akan mencapai 775,17 juta ton pada akhir tahun ini, melebihi target sebesar 111%.

Lebih lanjut, Lana menyebut sebagian besar cadangan batu bara Indonesia memiliki kalori sedang (5.100-6.100 kalori) sebanyak 54%, dan kalori rendah (<5.100 kalori) sebanyak 34%. Hingga 11 Desember 2023, pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari royalti batu bara telah mencapai Rp 94,59 triliun, melampaui target PNBP 2023 sebesar Rp 84,26 triliun.

Wakil Ketua Umum Indonesia Mining Association, Ezra Leonard Sibarani, menambahkan sumber daya batu bara Indonesia masih mencapai 99,19 miliar ton dengan cadangan sebanyak 35,02 miliar ton. Dengan asumsi produksi batu bara sebesar 700 juta ton per tahun, cadangan batu bara baru diperkirakan akan habis dalam 47-50 tahun ke depan. 

Namun, jika batu bara digunakan sendiri untuk kebutuhan dalam negeri yang diproyeksikan mencapai 200 juta ton per tahun, dengan pertumbuhan tren kendaraan listrik (EV), umur cadangan batu bara dapat mencapai 150 tahun.

Ezra menyoroti saat ini tantangan utama dalam transisi energi ke arah penggunaan energi baru terbarukan adalah biaya yang besar, mencapai Rp 3.500 triliun. Oleh karena itu, IMA merokemendasikan agar mempertimbangkan penggunaan batu bara lebih dari 2060 (target new zero emission) dengan konsep clean coal, untuk mengurangi emisi secara signifikan.

Sumber : Beritasatu.com