Pameran internasional Pacific & Coating Show & Conference 2025 kembali digelar pada 29–31 Oktober 2025 di Hall D2, JIExpo Kemayoran, Jakarta. Ajang ini mempertemukan ratusan pelaku industri cat, pelapis, perekat, sealant, hingga bahan kimia konstruksi dari berbagai negara, dengan tujuan memperkuat kolaborasi dan alih teknologi antara produsen lokal dan global.

Chief Executive Officer PT Propan Raya, Kris R. Adidarma, yang hadir dalam pembukaan pameran, menegaskan pentingnya memperkuat industri kimia dalam negeri agar tidak terlalu bergantung pada bahan baku impor. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar di sektor kimia hilir, namun masih menghadapi tantangan besar dalam kemandirian pasokan bahan baku.

“Kita punya banyak kilang minyak, tapi bahan turunannya seperti resin, pigmen, atau titanium dioxide masih banyak diimpor. Padahal, bahan-bahan itu sangat penting dalam industri cat, resin, dan berbagai produk kimia lainnya,” ujar Kris dalam wawancara usai seremoni pembukaan, Rabu (29/10).

Ia menjelaskan bahwa industri kimia adalah fondasi bagi berbagai sektor, termasuk otomotif, tekstil, dan konstruksi. Namun sayangnya, kemampuan produksi bahan kimia dasar di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain. “Kita butuh dukungan pemerintah untuk memperkuat industri kimia nasional agar bisa menopang kebutuhan industri cat dan pelapis dalam negeri,” tegasnya.

Kris juga mengungkapkan bahwa PT Propan Raya menjadi salah satu contoh perusahaan lokal yang siap berkompetisi di pasar global. “Propan Raya adalah perusahaan Indonesia pertama yang memperoleh sertifikasi Green Building. Ini bukti bahwa kita tidak hanya siap dari sisi teknologi, tetapi juga berkomitmen pada keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.

Sebagai Ketua Asosiasi Produsen Cat Indonesia (APSI), Kris menambahkan bahwa saat ini ada lebih dari 150 perusahaan produsen cat di Indonesia, baik nasional maupun multinasional. Sekitar separuhnya merupakan perusahaan menengah dan kecil, sementara sisanya adalah perusahaan besar seperti Propan Raya, Avian, Nippon Paint, Jotun, dan beberapa merek global lainnya. “Industri cat nasional memiliki potensi besar untuk tumbuh, asalkan didukung kebijakan yang berpihak pada industri dalam negeri,” kata Kris.

Ia juga menyoroti pentingnya ajang seperti Pacific & Coating Show & Conference dalam membangun jaringan dan pertukaran pengetahuan. “Pameran ini bukan sekadar tempat jual beli produk, tapi wadah kolaborasi antara produsen bahan baku, pengembang teknologi, dan pelaku industri cat. Di sini banyak perusahaan berbagi sampel, ide, dan inovasi untuk meningkatkan daya saing industri,” jelasnya.

Sementara itu, Mathias Janz dari Vincentz Network dan Alexander Mattausch dari NürnbergMesse, selaku penyelenggara internasional, menyatakan bahwa pasar Asia Pasifik merupakan yang tumbuh paling cepat di dunia untuk industri cat dan pelapis. “Kami melihat Indonesia sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara, bahkan dua kali lebih besar dari negara urutan kedua. Dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, Indonesia bisa menjadi pasar cat terbesar di kawasan,” ungkap Mathias.

Alexander menambahkan bahwa tujuan utama pameran ini bukan hanya memasarkan produk, tetapi juga berbagi pengetahuan dan memperkenalkan inovasi terkini seperti sustainable coatings, self-curing paints, dan teknologi cool roof yang mampu menghemat energi bangunan. “Kami membawa pendekatan jangka panjang di Indonesia. Kami ingin menumbuhkan kualitas, menghadirkan pelatihan, dan mendukung transfer pengetahuan untuk memperkuat industri lokal,” ujarnya.

Pameran yang diselenggarakan oleh Vincentz Network dan NürnbergMesse ini merupakan edisi kedua di Indonesia. Melalui kolaborasi dengan pelaku industri lokal dan asosiasi seperti APSI, ajang ini diharapkan dapat mempercepat kemandirian sektor cat dan pelapis nasional, sekaligus menjadikan Indonesia pusat inovasi coating di Asia Tenggara.

“Industri cat dan bahan kimia adalah wajah masa depan industri manufaktur Indonesia. Kalau kita bisa menguatkan fondasi bahan bakunya, maka Indonesia akan punya daya saing yang sejajar bahkan lebih baik dibanding negara-negara lain di kawasan,” tutup Kris R. Adidarma optimis.

Sumber : Kompasindo.co.id